BISNIS AYAM GEPREK ITU PALING MUDAH DAN PALING UNTUNG SE INDONESIA LOH !
(Cerita sederhana membuat geprek jadi nge-hits)
Fenomina Ayam Geprek menjadi bahan pembicaraan. Dalam satu hari
saja bermunculan orang membuka aneka olahan bisnis geprek baik dari kaki lima
sampai versi resto mewah (halaaa bener loh hotel mewah pun sekarang mengeprek
ayamnya). Dari pemula usaha karena PHK sampai artis baik yang mulai meredup
sampai yang sedang naik daun mulai eksis di “geprek” nasional. Dari harga lima
ribu sampai tiga puluh ribupun bisa didapatkan.
Sempat terkaget kaget sih, dari cara ala franchise franchisean sampai
sistem mitra yang lagi naik daun digunakan untuk menggerakan pertumbuhan
bisnis
kuliner sampai gaya ala syar’I atau bagi hasil, apapun lah, saya sempat
menemukan brosur ayam geprek dilepas dengan ala franchise 10 juta dengan
mendapatkan bahan sekian porsi untuk grand opening. Wiih seru banget kayaknya,
sebuah “brand” dijual begitu murahnya . semuanya sedang berlari mengusung geprek. Duh
Ayam memang begitu fenominal ya….
Ayam geprek, bisa jadi ngehits setelah munculnya fenomina tempet penyet
era krisis moneter lalu disusul sambung menyambung ke ayam penyet, lalu
digeprek,lalu digepuk, lalu ditumbuk. Semua menunjukkan sebuah proses dimana
ayam “dirusak fisiknya dan mencampurkan dengan sambal”. Menu sebenarnyanya sih
Ayam goreng dan sambal. Agar terlihat ngehits dan mudah dikenal lalu fisik ayam
dirusak dimana perusakan secara sengaja sebagai bagian dari proses ritual akan
menghasilkan komposisi menu, penampilan, taste, warna dan bentuk menjadi unik
dan berbeda dengan pesaing. Jadilah geprek yang begitu ngehits diantara teman
teman ayam lainnya.
Mengapa Geprek ayam begitu mudah diterima di Indonesia ? . Alasan
sederhana bahwa orang geprek plus nasi adalah makanan utama sehingga bisa
dikonsumsi tiga kali sehari. Tidak ada batasan mau sarapan, maksi atau makan
malam bisa ayam geprek. Penduduk
Indonesia sangat menggemari ayam dengan protein tinggi yang gurih apalagi
dengan tambahan sambal yang adiktive pedas membuat makanan ini dirindukan dan
menciptakan ketergantungan yang tinggi. Sambal ?, siapa sih tidak rindu ?. Jadi
bisa dipastikan bisnis ayam geprek itu kebutuhan utama dengan pasar yang luar
biasa besar.
Entry barrier ?. Bisnis ayam geprek itu mudah banget, ibarat Cuma punya
cobek, ayam, sambal dan nasi sudah bisa dijual. Tidak perlu kursus khusus untuk
membuat ayam geprek. Bahan baku ada dimana mana. Begitu sederhana kan. Wajar
dengan mudah bertaburan ala franchise
atau kemitraan karena begitu dibuka langsung ramai dan pasarnya gede.
Membuat perbedaan dalam geprek berdasarkan keunggulan fisikpun begitu
mudah, misal geprek kekinian diberi mozarela, saus modern atau toping yang
terlihat up to date sehingga tampil modern. Geprekpun diberi nama yang lucu,
ngehits sampai nama alay alay yang membuat kita tersenyum dan mengingatnya.
Begitulah, kreatifitas memang diperlukan untuk keluar dari kerumunan pasar yang
mulai berdarah.
Begitu popularnya ayam geprek ini, resto ala kelas dunia pun mulai KFC
atau MC Donald mulai juga “mengeprek” ayamnya. Benarkah mereka latah atau ada
strategi khusus menanggapi geprek ayam?. Apa benar sih pasar nya “tercuri”
secara tidak langsung. Kok sampai segitunya semua seolah sedang idola dengan
geprek ayam. Banyak yang sukses dan meraup untung dengan cepat tapi di balik
itu cerita miris geprek ayam tidak laku memang jarang di ungkap. Banyak yang
tumbang di bulan ke tiga, kecewa karena ambil franchise dengan omzet yang makin
menurun drastic, sukses setahun tapi kemudian stagnan tidak bergerak atau
bahkan berumur lima tahun tapi omzet begitu saja. Hanya bertahan.
Ada cerita sedih pengusaha ayam geprek yang lokasinya berdekatan dengan
kampus,awal dengan iming iming harga murah pembeli pun berjubel tapi begitu
geprek kaki lima mulai tumbuh bak jamur maka hilanglah para mahasiswa itu
pindah. Mencari value murah,kenyang dan masuk akal untuk taste yang di terima.
Sedih karena tidak tahu kenapa pembelinya kok mudah pindah, sedih karena ayam
geprek sebelah banting harga.
Memang jarang yang cerita soal gagalnya usaha, bikin nyesek dan kesal.
Banyak alasan mengapa berbisnis kuliner cepat buka cepat tutup. Buka tutup buka
tutup mirip fenomina mirip balon yang ditiup dan ditekan kanan kiri, tet toot
tet toot………. udara pindah ke bagian kanan dihembus udaranya. Begitulah pasar
kuliner, bisa jadi pasarnyanya tetap, volume udara di balon tetap, pembeli
hanya berpindah, maka udara ditiup pindah kanan kiri sesukanya. Berat dong
kalau begitu.
Ayam geprek fenominal itu, hari ini bisa jadi yang ngtrend milik artis
itu, eh lusa milik politisi atau pengusaha muda yang lagi naik daun. Dan,
geprek si artis jadi kempis, yang gede milik politisi. Sungguh situasi bisnis
yang tidak enak banget. Tapi mengapa
beberapa bisnis kelas dunia , meski ada geprek ayam yang membahana, bisnisnya
tetap baik baik saja. Tetap profit, bukan tiga bulan,puluhan tahun bahkan
ratusan brand mereka tetap eksis. Ada geprek atau tidak menu mereka tetap
sustain. Siapa sih yang tidak tahu MC Donald, KFC, AW, PHD atau resto chain
kelas dunia lain meski terlihat ikutan “nggeprek” tapi bisnis mereka aman aman saja loh. Membesar dengan sustain
dan profitable. Bukan membesar dengan membawa kerugian dan kebangkrutan.
Istilah yang lagi ngetrend adalah scale up. Membuat usaha jadi berkembang. Bisa
dengan horizontal atau vertical. Membesarkan usaha resto yang sustain bertahan
lama bisa dengan menambah pendapatan atau buka cabang. Nah mana yang dipilih ?
Semua bisa saja tapi harus benar benar tepat.
Membuat konsep bisnis resto,warung, kafe ,kantin atau katering yang
pokoknya bisnis kuliner itu perlu ilmu dan manajemennya sehingga tidak hapus
oleh hujan sehari saja lalu hilang namanya. Banyak buku dan para ahli membahas
tentang strategi dan manajemen resto yang sustain berdasarkana keahlian tapi
bisa jadi mereka belum menghasilkan “wisdom” yakni pengalaman yang bisa menjadi
best practice langsung focus pada solusi.
Di Seminar SCALE UP CARA RESTO KELAS DUNIA TANGGAL 16-17 desember 2017 di Malang, Yang lagi galau
karena ingin buka Ayam geprek tapi persaingan berat, Mampet karena bisnis Ayam
Gepreknya diserang habis oleh pendatang baru atau ingin cari solusi tehniknya
biar ayam geprek tetap enak dan sustain. Bukan hanya tehnis, tapi konsep bisnis
resto cara kelas dunia bisa digunakan untuk memberikan solusi. Yang Scale up
perlu ilmunya, yang buka baru juga harus memahami medan tempurnya. Apa hanya
untuk para pengusha geprek saja ? . Tidaklah, semua pebisnis kuliner yang ingin
usahanya sustain dan profit.
0 komentar