10 MENU BISNIS
KULINER YANG BAKAL NGE HIT DI ERA LEASURE 2018
(CERDAS MENDEVELOP
MENU DI TAHUN ERA DIGITAL)
Yuyun Anwar
IG yuyun_anwar
Praktisi kuliner dan
olahan pangan
Tahun 2017 segera berakhir, ditandai pertumbuhan yang luar
biasa di bisnis kuliner dan menurunnya usaha produsen retail makanan minuman,
di tahun 2018 pun juga akan banyak prediksi dan kemugkinana menu menu yang
bakal ngehits baik menggantikan menu usang atau menu yang memang sudah tidak
sesuai dengan permintaan pasar.
Ya, permintaan pasar, tidak bicara kebutuhan pasar. Jika bicara
makanan dalam konteks kebutuhan pasti ujungnya adalah bicara barang komoditi
memenuhi kebutuhan pokok perut lapar. Permintaan pasar pastinya terkait dengan
perubahahan gaya hidup dan pasar kuliner di tahun 2018. Era digital yang
ditandai dengan perubahan cara konsumsi dan harapan saat menikmatimati makan
juga mengalami perubahan yang luar biasa. Digital dan leasure economic, mau
tidak mau membuat medan perang bisnis kuliner pun bisa berubah cepat dan drastic.
Kelompok jaringan resto internasional dan nasionalpun tidak
bisa bertahan dengan menu lamanya yang memang sudah masuk ke benak konsumen. Persaingan tidak lagi focus pada modal yang
dimilki. UKM dengan modal kecil mampu melenggang santai dan mengilas perusahaan
besar begitu menemukan kategori bisnisnya yang kadang di triger dengan menu
dengan embel embel kreatif kekinian. Dan persaingan bisnis kuliner banyak
dimasuki pemain baru baik dari perusahaan besar yang shifting karena usahanya
tidak relevan lagi dengan era digital, Perusahaan besar yang ingin mencari
bentuk baru usahanya atau Pemain baru
Terjadi perubahan, menu andalan seolah terancam dengan
pergerakan cepat menu menu yang harus bisa menjawab kebutuhan permintaan pasar
di tahun 2018. Dalam beberapa kali resto chain semacam McD, KFC, Starbuck atau
jaringan resto lainnya mencoba mengikuti arus “cheese” dan geprek misalnya.
Kafe besarpun mulai merapatkan dirinya dengan mengangkat tema kopi speciality.
Aneka discount dan bentuk menu baru di bombardir di pasar untuk menjawab
persaingan sengit di bisnis kuliner.
Pergeseran
significant dari kekinian menuju “pleasure”
Menurut Kinton dan Caserani (sudiara, 2001:1) menu or a bill
a fare is a list of prepared and presentation should attract customer and
represent value for money. Represent value menjelaskan komunikasi antara
makanan yang hendak disajikan dengan customer. Value yang ditawarkan
beragam bukan hanya bersifat fisik tapi
juga menyangkut aspek psikologis juga sehingga seimbang setara dengan nilai
uang yang dibayar.
Di tahun 2017, menu makanan yang banyak diminati ditandai
dengan convenience dan praktis. Bahwa makanan disajikan dengan cepat, enak dan
mudah sudah dianggap unggul sehingga menu yang mewakili kondisi diatas jadi
laris. Apalagi sentuhan modern dengan sebutan kekinian seolah menyulap menu
lama tampil lebih up to date jadi banyak digemari. Lalu muncul mie toping
kekinian, geprek mozzarella, cheese cake,roti pisang dengan aneka toping dan
beberapa minuman bertoping. Era Toping begitulah sentuhan di tahu 2017.
Era leasure, kata beberapa ahli menyebutkan bahwa bisnis
kuliner ditandai dengan experience bukan hanya sekedar benefit atau keunggulan
fisik saja. Bahwa untuk mendevelop menu yang bisa memenuhi kebutuhan pasar yang
dibidik harus benar benar memiliki kelebihan bukan hanya benefit yang
ditampilkan tapi ekperiencenya. Bahwa
untuk membuat menu geprek tidak cukup murah,enak, pedas, isinya banyak saja
tapi bagaimana makan ayam geprek berasa lebih keren. Memang sangat erat
kaitannya dengan branding. Menciptakan ikatan emosional. Pleasure leasure dan
seterusnya adalah hal hal yang emosional. Ok, tidak akan banyak membahas sisi
brandingnya, tapi untuk mendevelop menu yang benar di tahun 2018 harus
mengansipasi fenomina psikologis dan karakteristik yang banyak muncul di era
leasure agar menu yang didevelop mendekati kebutuhan pasar.
Menu kuliner leasure harus bisa menyesuiakan dengan
kebutuhan era digital yakni mudah sehingga jangan sampai menu yang disajikan
mengandung unsur complicated baik cara prepare,cara makan sampai cara kemasnya.
Murah, adalah persyaratan yang mutlak dituntut sehingga developing menu harus
mempertimbangkan aspek murah seoptimal mungkin. Aspek murah ini juga didorong
oleh turunnya daya beli di Indonesia . Meski turun daya beli, semua seolah masih
ingin makan makan happy (harus terjangkau harganya). Terlihat leasure adalah
syarat , maka unsur penyusnan menu harus mampu menciptakan atau menghasilkan
experience baik after taste, appearance dan performa, bentuk atau warna menu
yang membuat customer merasa puas. Kemampuan meletakan keunggulan sensorik bagi
seorang pengembang menu pasti akan membuat menu mudah diterima di era leasure
seperti sekarang ini. Mencontoh menu menu “orang kaya” yang dianggap memiliki
unsur mewah bisa mewakili kondisi “kekinian” 2018 (bukan toping) atau menu
dengan penggunaan tehnologi sehingga menjadi symbol digital modern.
10 MENU YANG MEMENUHI KRETERIA LEASURE
1. Menu Hot Plate plus Nasi Range Price Rp. 30-35K, akan banyak
diminati karena mencontoh kesuksesan papper lunch yang mampu menciptkan perasaan
amazing mengaduk nasi dan daging mentah di hot plate. Mirip mirip begini akan
banyak diminati. Experience nya dapat, harga dan perceived expectasinya yakni
kenyang dan pas bisa didapatkan setelah makan.
3. Mie toping level segmen C dengan price 8-10 K akan makin
berkembang dan Bakmi konvensional dengan price 20-25 K makin digemari karena
untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Mie toping kekinian dengan basic mie
instan yang booming diusung Upnormal bisa jadi pertumbuhannya mengalami
stagnasi karena kuliner sejenis dengan barrier rendah sudah banyak ditiru oleh competitor.
Pembeli realistis menganggap,mie instan “kurang pleasure” baik dari taste dan
keunikannya yakni porsinya lebih tidak
mengenyangkan di banding mie segar yang dibuat langsung. Mie setan, Mie
kober, mie jogging, mie gajah mada atau yang mendekati versi mereka bisa
mencuri pasar disini. Ingat milenial sekarang sebagian besar konsumsi Samyang bukan
lagi indomie. Indomie dikonsumsi milenial umur 30 – 40 tahunan yang punya
riwayat “ngirit” dengan Indomie.
4. Ramen medium price 25-35 K di bawah harga Marugame/sushi tei akan
menjadi hidangan yang banyak diminati dengan porsi sama dan taste yang
mendekati menjadi alternative konsumen yang ingin spending di harga tersebut. Hasrat
ingin menikmati leasure Japanese food dengan budget terjangkau pasti akan
dipenuhi di sini. Restonya harus terkesan
jepang. Di menu ini konsumennya sudah ter edukasi. Ini bukan ramen level
levelan tapi mendekati autentik ramen.
5. Spicy wings versi Wingstop with various flavor banyak
dicari, ngemil atau bahkan diarahkan ke makanan berat ala wingstop menjadi
tempat nongkrong yang paling digemari . pricing bisa di segment tengah 20-30 K
atau sampai yang teratas. Spicy wing disini bisa dicombine dengan kentang.
6. Menu kopi dengan mengusung kopi tradisional makin banyak
menyebar. Dari level segment C sampai ke A, warung kopi baik yang serius sampai
meniru konsep upnormal akan makin marak.
Meski yang diusung kopi serius jangan pernah berhrap yang laku adalah
kopi speciality. Es kopi, capucino, frapucino dan seterusnya lebih laris.
7. Ayam Geprek tetap eksis di level kelas below 20 ribu. Menu
geprek kembali ke selera asal yakni sambal yang pedas. Geprek kekinian yang
masih diterima adalah rasa keju dan bbq (rasa yang sudah lama dikenal dan
diedukasi). Pasar geprek makin ketat,
tingkat level persaingan geprek secara value paling diterima adalah ayam gepuk
pak Gembus (ayam nya besar,sambelnya banyak dan nasinya banyak dengan
adfordable price). Lagi lagi leasurenya pada sambal yang pedas.
8. Menu Pizza antaran ala Domino Pizza/PHD makin tumbuh
dengan pricing 25-35 K, Pizza menjadi gaya hidup milenial jika lapar dan ingin
pesan via online.
9. Jajanan Yang digemari dan pasti dibeli ulang adalah yang
terjangkau dan mengenyangkan misal pentol,cireng,cilok ,seblak ,ubi goreng
,pisang goreng atau bakso yang bisa menjadi pengganjal perut. Jajan snack
berupa keripik/kerupuk kurang peminat karena tidak ada efek kenyang. Variasi
toping tetap diminati.
10. Makanan sehat , natural dan diet khusus memiliki pasar
yang tidak ramai tapi cukup stabil. Potensi untuk menjual tema makanan ini
pasti ada pasarnya.
Benar dan tidaknya silahkan dibuktikan di tahun 2018 ya.
Selamat Tahun Baru 2018.
31 desember 2017, Yuyun Anwar
Praktisi kuliner dan olahan Pangan
IG yuyun_anwar
0 komentar